kekolotan pesantren
Kekolotan Pesantren
- Lingkungan pesantren
Pesantren sebagai wadah dari berbagai peradaban budaya dan kebiasaan para santri. Sekaligus sebagai perkembangan budaya yang dibawa oleh santri. Santri-santri pesantren yang datang dari berbagai kelompok. Dan masing-masing mempunyai kebiasaan dan kebudayaan sendiri.
Hal itu yang bisa mewarnai kehidupan pesantren, sehingga tidak mengikuti budaya yang tetap. Semakin lama santri tinggal di pesantren, maka santri itu akan menjadi lebih pengalaman dan mengenal dari berbagai macam peradaban budaya yang di bawa oleh berbagai santri.
Santri yang sudah lama di pesantren lebih mengenal kehidupan pesantren dan tidak merasa heran lagi dengan berbagai hal yang terjadi di pesantren. Bagi santri yang masih baru, akan merasakan hal yang aneh. Karena mereka melihat sesuatu yang berbeda daripada kehidupannya yang dulu.
Oleh karena itu pesantren mempunyai ciri yang khusus mengenai kehidupan. Tidak menyangka kalau dalam pesantren terjadi kehidupan yang hebat. Karena pesantren bagi kacamata masyarakat hanya suatu wadah kecil untuk menampung beberapa santri yang datang dari luar daerah itu, dengan niat mencari Ilmu. Pihak yang memiliki pesantren adalah Kiai.
Dalam istilah pesantren nama Kiai adalah yang paling tinggi mempunyai kedudukan di pesantren. Maksudnya yang paling berhak mempunyai otoritas pada kepesantrenan. Sebagai tenaga pengajar, santri menyebutnya Ustadz. Kehidupan pesanren tidak beda jauh dengan kehidupan bermsyarakat. Mulai dari kepengurusan pesantren dan gaya hidup pesantren.
Pesantren mempunyai kepala suku, atau ketua pesantren. Ketua bejabat seperti halnya presiden negara yang mempunyai wakil ketua dan bisa memutuskan hukuman. Perintah ketua di pesantren tidak bisa di bantah lagi, kecuali ketua meminta untuk bermusyawarah dengan dewan-dewannya. Sebagai ketua pesantren juga memegang otoritas atau penguasaan hukum. Tidak kalah menariknya dengan sebuah pemerintahan Negara, meski pesantren adalah sebuah lembaga kecil.
Lembaga yang didirikan dari sebuah kelompok yang mana mereka hidup dalam ruang yang kecil dan ruangan kecil. Ruang yang kecil adalah langkah-langkah santri yang penuh dengan batasan-batasan karena peraturan-peraturan pesantren. Peraturan wajib ini tidak bisa ditawar, dan barang siapa yang melanggarnya, akan memndapatkan hukuman yang setimpa.
Bentuk hukuman juga merupakan budaya pondok, karena hukuman itu dimaksudkan untuk mencegah dari terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan. Karena mereka menganggap bahwa, banyak hal-hal negatif yang mudah terjadi di pesantren. Terutama adalah hal yang tidak baik dalam etika pesantren. Sebenarnya ada dua lingkungan yang sangat membawa pengaruh terhadap dunia pesantren, yaitu:
1. Lingkungan dalam
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren memiliki fungsi ganda yang jarang dimiliki lembaga pendidikan lainnya yaitu; Pertama, sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan pengetahuan dan penalaran, keterampilan dan kepribadian.
Karena dalam pesantren terdapat bermacam-macam pendidikan yang harus ditempuh semasa belajar. Proses pembelajaran pesantren sangat unik, dan jarang kita menemui di sekolah-sekolah modern. Pembinaan ruhaniah dalam pesantren selalu terjaga, sebagai pengantar belajar para santri. Dan hal-hal seperti itu diterapkan dalam materi belajar para santri, dan dianggap sebagai hal yang wajib.
Kedua, sebagai lembaga yang memiliki peran sosial yang mampu menggerakan swadaya(kekuatan) dan swakarsa(keinginan) masyarakat untuk melakukan perbaikan lingkungan hidupnya, baik dari segi ruhaniayah maupun dari segi ekonomi, kesehatan dan fisik.
Peraturan-peraturan yang ada dalam pesantren tidak lain seperti bermasyarakat. Mulai dari kepimpinan dan gaya hidup yang sangat membina persaudaraan. Semua santri yang berada di pesantren mempumyai peran penting yang sangat berpengaruh dengan keadaan pesantren. Dan biasanya semua pesantren mempunyai sistem pembelajaran yang khusus sebagai tanda dari pesantren itu sendiri.
Posisi pesantren dalam kelembagaan pendidikan adalah lembaga pendidikan keagamaan (Islam). Sebagai lembaga pendidikan, pesantren menekankan pada pendalaman pengetahuan agama sebagai orientasi sistem dan dasar pendidikannya. Posisi ini memberikan identitas tertentu pada pesantren bahwa pesantren merupakan lembaga tahasssus (spesialisasi) bidang keagamaan yang menanamkan nilai-bilai etis dan budi luhur ke dalam sikap hidup para santrinya, di samping membekalinya dengan keterampilan untuk terjun ke masyarakat nanti, hingga akan mencetak kader-kader ulama yang berkualitas.
Sistem pendidikan yang ditempuh pesantren memang menunjukan sifat dan bentuk yang lain dengan pola pendidikan nasional, namun setidaknya sistem pendidikan pesantren juga merupakan integrasi(kesatuaan) yang partisipatif terhadap pendidikan nasional. Karena pola pendidikan nasional sebagaimana ditunjukan dalam UU Sisdiknas adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia .
Dalam pesantren hal-hal seperti itu merupakan kebiasaan yang wajib dilakukan oleh santri dalam pesantren. Bahkan segala hal yang mencakup nilai baik bagi pendidikan para santri. Kiai tidak segan-segan hal itu dijadikan wajib bagi para santri. Karena Kiai mempunyai peran kekuasaan di pesantren. Santri hanya mengikuti sesuai perintah Kiai. Dan uniknya para santri yang tulen memegang prinsip yang kuat, yaitu sam’an wa to’atan(mendengarkan dan mematuhi). Yakni selalu mematuhi peraturan kiai tanpa ada bantahan sedikitpun yang keluar dari perkataan para santri.
Ta’dzimul ustadz sangat diterapkan dalam lingkungan pesantren. Hal ini dilakukan oleh para santri sebagai sesuatu yang lazim, dan tidak ada paksaan mereka pelakukanya. Meski tanpa adanya peraturan yang tertulis untuk mematuhi ustadz dan kiai, para santri sudah mengetahui dengan penghormatan kepada siapa saja yang menjadi kewajiban para santri untuk dihormatinya.
Pesan-pesan Syekh Zarnuzi dalam kitabnya ta’limul muta’allim merupakan kajian para utama santri, yang dijadikan pedoman untuk amaliyah sehari-hari dengan Kiai dan ustadz. Syekh Zarnuzi mengatakan “ilmu itu tidak akan bisa sampai kecuali meghormati yang mempunyai ilmu”. Kehormatan para santri tulen sebagai corak khusus yang menandakan bahwa jati dirinya adalah santri.
Jarang sekali ada santri yang membantah kianya ketika mendapatkan perintah, karena santri menganggap itu adalah amanah yang wajib untuk dilakukanya.
Post a Comment