Aku Tertipu Lagi!
Tidak seperti biasanya, selama hidupku baru kali ini aku menemukan hal seperti ini. Ini tempat yang sederhana. Ini tempat yang tidak begitu istimewa. Aku mengiranya tempat ini hanya tempat markas orang-orang sederhana saja, dan hanya kendaraan roda dua saja yang mau masuk. Aku mengira di dalamnya hanya barang-barang tradisional saja, yang harganya murah. Karena sesuai dengan barangnya yang kurang bermutu. Apabila dipakai tidak menunjukkan gaya orang kaya.
Ah... ternyata! Hal yang aku kira kini terjawab lain. Saat aku menginjakkan kaki di pintu masuk, aku menoleh ke sebelah kiri. Kulihat orang-orang yang sedang menghitung uang. Awalnya aku mengira itu kasirnya. Kasir yang canggih menggunakan alat modern. Sempat aku bertanya dalam hati, “Hebat benar kasirnya tempat ini, tidak seperti yang lainya.” Aku semakin penasaran, agak lama aku mengamatinya, ternyata itu tempat ATM. Parah, diriku terbohongi sudah.
Pandangan mata menuju ke arah depan, kulihat ada warna-warna yang sangat aku suka. Kaos yang berwarna orange yang bergambar bunga mawar merah dan tulisan flower girl di bagian depan kaos itu. Aku langsung memandangi kaos itu, dan serentak aku dibuatnya senyum. Kaos itu begitu akrab menyapa para pengunjung. Selain tempat-nya yang strategis, tapi warnanya bagitu cerah. Tak heran jika para kaum wanita yang ikut menyentuhkan tangannya pada kaos itu.
Aku tidak berpikir banyak tentang barang khas kaum hawa itu. Aku hanya berpikir kalau itu harganya pasti murah. Karena, kainnya yang minim dan tidak terlalu bertele-tele cara membuatnya. Cukup hanya beberapa kain saja, untuk menuyusun kaos oblong itu, meski telah banyak mendapatkan sapaan dari pengunjung. Kaki terus melangkah, hati tetap nyaman, meski aku selalu dibarengi dengan dua cewek berkerudung. Aku tidak tahu siapa mereka. “Sepertinya aku sudah pernah melihatnya. Sepertinya tidak asing lagi wajah mereka. Tetapi, siapa, ya?” tanyaku dalam hati.
Tidak tahu siapa mereka, yang penting aku harus pandai mengatur cara pandangku. Yah... aku melihat ada tumpukan celana jeans gaul, aku berpikir barang ini yang ingin aku miliki. Detak jantung semakin mengguguri langkah kaki. Semakin dekat, aku melihat angka 50% di atas tumpukan itu.” Wah ini baru yang pas,” pikirku sejenak. Di sampingku ada sepasang orang paruh baya yang sedang mesra memilih baju. Mereka terlihat rukun berdiskusi dan memilihkan baju yang pas untuk buah hatinya.
Tidak aku sadari, ternyata kedua mataku sudah berada di hadapan tumpukan celana jeans itu. Aku pikir nanti jadi membawa pulang celana cantik itu. Seperti kebiasaanku yang aku cari pertama kali adalah di mana letak harganya. Sebelum melihat kualitas barangnya, pasti pertama kali sudah aku lihat harganya. Yang penting tahu dulu harganya. Soal kualitas, itu nomor dua. Celana itu memang kelihatan menggoda. Semakin penasaran hati ini, langsung aku mencari tulisan harga. Tidak aku sangka, yang tertera di lambang itu begitu besar, 200 ribu lebih harga celana itu. Aku pikir hanya separuh dari harga itu. Mengingat potongan diskon yang dipamerkan di atas tumpukan celana yang membuatku tertarik. Ah... diriku terbohongi lagi. Sungguh pintar yang membuat harga diskon itu. Sepertinya mengajariku untuk mengatur Alkitabizz yang sangat bermain dengan diskon.
Semakin malu rasanya, seperti hanya mencuci mata aku di tempat ini. Tapi tidak mengapa bagiku, masih banyak orang-orang yang berkeliaran mengeliingi tempat setengah mewah ini. Mungkin benar apa yang aku kira sebelumnya, tempat ini hanya tempat orang-orang sederhana. Hal itu aku lihat dari tempatnya yang tidak seperti tempat-tempat belanja lain. Tempat parkirnya saja berada di belakang yang sepi. Sepertinya tempat yang tidak begitu sering dikunjungi banyak orang.
Aku melihat beberapa orang naik ke lantai dua. Aku meninggalkan tumpukkan celana jeans tadi, dan ikut-ikutan naik ke lantai dua. Tidak aku sangka, di lantai dua ada banyak tumpukan barang-barang mewah, dan orang yang membeli pun berpenampilan mewah. Tapi, aku tidak tahu apa mereka yang berpenampilan mewah itu juga berkendaraan mewah. Soalnya, tadi di tempat parkir aku hanya melihat sedikit mobil, mungkin itu mobilnya pengunjung.
Sepertinya aku tertipu juga, karena lantai dua hanya untuk para kaum wanita. Tidak satu pun kaum pria di sana, kecuali satu orang pria berseragam di sebelah pojok utara. Aku kira pria itu adalah petugas tempat ini. Sepertinya aku sudah lelah mengelilingi tempat ini, semakin pening kepalaku hanya melihat barang-barang mewah yang menggiurkan hati.
Leherku rasanya sudah capai karena isi tas yang aku sandang dari tadi sangat berat. Dan sepertinya awan semakin gelap, sudah saatnya aku harus siap-siap untuk berbuka puasa. Tidak lama aku meninggalkan lantai dua, kemudian berjalan menuju tempat parkir yang dekat dengan lantai satu. Resepsionis yang ramah itu begitu akrab menyapaku dan mengucapkan terimakasih atas kunjunganku. Ah... malu rasanya, jika dia tahu kalau aku tidak membeli apa-apa.
Tapi, hal itu tidak aku hiraukan. Yang paling penting aku dapat membawa kabar berita tentang tempat para pembelanja. Aku tidak tahu apa yang harus kubawa untuk laporan Jumat pagi. Mungkin hanya sekilas dari yang aku lihat selama di tempat yang membuatku tertipu itu. Tangan melambai dari dalam ruangan kecil, mengulurkan tangan kanannya yang kosong. Satpam di tempat keluar meminta nomor parkir kendaraanku. Aku pun memberikan secuil kertas putih dan uang pada satpam. Akhirnya jalan raya sudah menyambutku di depan. Roda kendaraan sudah ke arah Ciputat-Pamulang, dan saatnya aku pulang. See you....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment