Hembusan Nafas di Toko Buku
            Sore yang redup, badanku kebasahan karena tetesan gerimis hujan. Badan yang agak lesu terasa karena baru bangun tidur. Kendaraan macet, biasa karena ramenya kendaraan yang melintas di Jakarta. Ingin rasanya balik lagi meneruskan tidur sore. Tapi, berhubung ini harus aku selesaikan hari ini, aku harus kunjungi tempat buku.
            Tujuan utama ingin mencari buku. Tapi, ingat di kantong saku gak ada uang yang cukup untuk membeli buku. Sungguh hal yang lucu. Bagiku dan temanku itu tidak menjadi masalah, yang penting bisa melihat buku-buku yang menarik. Melihat judul-judul buku yang indah sudah cukup membuat hati tenang.
            Pintu masuk toko sudah berada di depanku. Satpam laki-laki yang berada di dalam pos jaga memberikanku sambutan yang hangat, meski hanya megulurkan tangan kanan dengan memberiku sebuah karcis parkir. Tak terlihat dengan jelas satpam itu tampan atau tidak, yang penting bisa mengunjungi buku-buku yang ada di dalam toko. Setelah motor saya parkir, kemudian berjalan menuju pintu. Aku dapati senyuman karyawan cewek yang menyambutku, dengan ucapan selamat sore pak”, sambutan manis dari karyawan itu.
            Hati berdebar, pikiran ku bolak-balikan, pandangan mata tertuju kearah ruangan. Sekitar 10 menit, aku belum menemukan dimana tempat buku. Sambil berjalan kearah pojok, sempat kesasar di sana. Untung ada wanita separuh baya sambil membawa anaknya yang memberitahuku tentang letak dimana ruangan buku. Aku dan temanku berjalan meneju ruangan itu.
            Pertama aku memandang buku yang berwarna kemerahan dan tidak terlalu tebal. Aku tersenyum lega yang menandakan kalau kebosananku akan segara terobati. Tidak lain lagi, itu adalah buku motivasi. Buku yang mengisahkan tentang anak seorang Datuak dari desa Calau. Buku inilah yang membuka senyumku. Buku yang pertama kali aku sentuh dan mampu menggugah kegalauan dalam hatiku. Sungguh luar biasa, tapi aku hanya bisa membaca sinopsis dari buku itu. Pada sinopsis itu mengisahkan tentang keberanian dan prestasi anak itu. Tak kebanyang, kenapa kebanyakan anak-anak desa yang punya jiwa pemberani.
            Aku yakin kalau itu pasti kisah nyata yang pernah terjadi tidak lama ini di kalangan kita. Sebentar lagi aku yang akan diceritakan seperti kisah ini. Ah...sangat lucu. Karena harapanku yang dulu menggebu-nggebu, baru sampai titik awal sudah merasa galau. Bagi saya itulah manusia. Ini hanya sifat manusiawi saja. Entah karena sudah tidak ada kata-kata lain untuk menutupi kesalahanku, sehingga aku gunakan kata-kata itu.
            Secara sadar memang bukan seperti itu. Karena Itu bukan kata-kata lagi. Itu fakta, kenyataan, dan tidak sedikit orang-orang sukses yang dulunya juga merasakan seperti apa yang aku rasakan, kata Ustadz saya. Memang benar, aku menambahinya dari lubuk hati. Karena untuk megobarkan semangat itu lagi. Ayo semangat!
             Tidak lama lagi karyaku akan ikut menghiasi ruangan ini, dan bisa menggugah harapan para pengunjung ketika membaca pesan dari karyaku. Aku merasa kalau banyak orang mudah menimbulkan rasa sedih, pesimis, penakut dan mudah menyerah. Ah..kata-kata itu yang muncul dari bayangan gilaku. Mungkin karena termenung dengan judul buku tadi yang mengisahkan sang anak kampung yang pemberani.
            Anak kota juga banyak yang memiliki jiwa pemberani. Sepintas muncul dari benak hatiku, “Paling jadi geng motor,” hatiku malah bercakap-cakap. Aku menemukan buku unik yang berjudul “Negeriku yang Buas”. Benar apa kata perasaanku tadi. Buku ini pasti mengisahkan riwayat kehidupan anak kota. Karena, yang selalu memakai cara-cara buas dalam negeri ini kebanyakan anak-anak dari kota, kata bayangan yang gila.
            Dalam buku itu mengisahkan tentang kehidupan yang liar. Tapi, dalam inti kisah buku itu menggambarkan tentang perjuangan yang didasari dengan bentrokan dengan sistem negara. Hal ini sangat menarik perhatianku. Yang tadinya aku sempat berpikir buruk tentang cerita dan latar belakang buku ini, sekarang malah semakin penasaran. Tapi sayang, tidak aku beli.
            Mungkin bulan-bulan ini belum bisa membeli satu, tapi lain kesempatan aku akan dapat membelinya lebih banyak dari yang ku impikan saat ini. Mantap sekali prinsip ini. Tapi itulah impian. Hidup harus didasari dengan impian-impian. Dengan impian motivasi akan bangkit. Dan harapan akan terus mengajak kita untuk bahagia.
             Buku motivasi yang menarik perhatianku. Sebagai calon motivator, saya harus tau tentang biografi dari para motivator dunia yang telah berhasil dari karya-karyanya yang sangat menggugah banyak orang untuk bangkit dari masanya yang suram.
            “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Itulah kata-kata yang belakangan ini populer di masyarakat. Kata-kata itu yang dipakai oleh penerjemahnya buku DR.Aidz Al-Qarni, yang laris di pasaran. Bukunya tidak hanya dinikmati oleh para  pengusaha yang mau lebih sukses. Tapi, bagi anak-anak muda yang merasa hidupnya sedih karena belajar, maupun karena bercinta. Sungguh luar biasa karnya beliau.
              Aku juga berharap nantinya bisa melebihi beliau. Ah..harapan gila lagi yang muncul. Tapi se-enggak-enggak-nya sudah membangunkan semangatku yang tadinya tertidur. Harapan bermunculan di toko buku. Memang manusia adalah makhluk yang luar biasa dan mempunyai keunikan tersendiri. Seumpama semua harapanku yang di toko buku itu semuanya akan terjadi. Sungguh bahagianya hati ini. Mungkin sudah siap menjemput kekasihku.
            Aku pulang dengan wajah berseri, menandakan bahwa hatiku sedang bahagia. Bahagia selalu akau tebar. Yang kali ini lain, mungkin terhipnotis dari judul-judul buku yang terpampang di rak toko tadi atau memang hayalanku yang tinggi seperti Dr. Aidz Al-Qarni? Bismillahirrahmanirrahim, ridlamu yang aku harapkan. Atas namamu yang indah aku tuangkan berjuta-juta harapan. Semoga engkau tidak bosan untuk mendengarkan.
             

Post a Comment

 
Top