Manusia  dan Islam
Oleh: Khoirul Anwar Afa
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk tuhan yang lebih dumuliakan daripada makhluk lain. Pada awal proses penciptaan manusia yang berbeda dengan penciptaan makhluk lain. Manusia diciptakan melalui beberapa tahap dan beberapa unsur sehingga menjadi sebuah gabungan bahan yang dijadikan untuk mewujudkan manusia. Bahkan, membutuhkan beberapa waktu untuk menjadikan proses itu.
                  Beberapa keutamaan tuhan diberikan kepada manusia. Bahkan, seluruh alam semesta ini diserahkan kepada manusia. Karena, hanya manusia yang merasa mampu untuk mengemban tugas dari tuhan. Sudah tentu pada awal proses penciptaan manusia yang berbeda dengan penciptaan makhluk lain, dalam Al-Quran dikatakan:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُون
Aku ciptakan manusia dari  tanah liat kering dan lumpur hitam yang sudah Aku
                bentuk”  (QS. Al-Hijr 26)
Dan masih banyak ayat al-Quran yang menyibak tentang hal itu. Dan semua itu para ahli tafsir bersepakat bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah proses penciptaan Adam. Seperti Ibnu Katsir, Atthabari, Atssa’labi dll. Kemudian di ayat lain disebutkan tentang penciptaan manusia yang lain:
       وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
“Telah Aku ciptakan Manusia dari saripati yang berasal dari tanah”
(Q.S Al-Mu’minun 12)
Para pakar tafsir sepakat bahwa ayat ke-dua menjelaskan tentang proses pembuatan manusia. Namun, ada kata yang sama dengan ayat yang pertama. yaitu sama-sama dari tanah. Ada analogi modern yang menggambarkan bahwa saripati  merupakan hasil dari makanan yang tidak lain adalah makanan hasil bumi. Sayyid Tanthawi mengatakan “itu adalah proses di mana Allah telah menciptakan manusia dari kuasaNya, yang pada awal penciptaan Adam Allah menciptakan dari tanah.



 Tapi, anak cucunya diciptakan dari unsur yang berkaitan dengan tanah. Tanthawi menyebutnya unsur itu adalah mani yang keluar dari sulbi. Hal itu juga diperkuat oleh Hadis Shahih yang mengatakan “anak cucu Adam diciptakan dari bagian sifat kalian”.
                Maka tidak heran jika perspektif monoteistik tradisional mengandaikan bahwa manusia merupakan puncak dari sebuah tatanan yang melalui rancangan ilahi. Hal ini juga diperkuat dengan penafsiran terkait ruh yang ditiupkan dalam tubuh manusia. Para ilmuan modern barat melakukan pendekatan psikalismengenai roh, seperti Ronald Cole-Turner dia memandang roh sebagai diri manusia yang memiliki koherensi yang ada di dalam organisme manusia. Begitu juga yang dikatakan Keren Lebacq, dia mengatakan roh adalah jiwa yang merupakan simbol perjanjian antara tuhan dan setiap pribadi manusia.
                Menurut James Gustafson pada tahun 1969 mengatakan Pribadi manusia yang cenderung berubah dan maju dengan sendirinya, itu yang menggambarkan bahwa adanya sifat roh. Hal ini membuat semakin adanya menerangan terhadap ilmu genetika. Karena, kemajuan seseorang bukanlah terlahir dari keturunan, melainkan ada pada diri manusia.
                Begitu juga islam yang semakin maju dan berkembang. Dengan adanya manusia, perkembangan Islam semakin berwarna. Mungkin kita mengenali tokoh-tokoh penggerak Islam, misalkan Fazlurraman yang dikenal dengan Islamnya bernuansa historis dan filosofis, Iqbal dengan nuansa filosofis dan sufistisme, kemudian ada Sayyed Husen Nasr, Murtadha Mutahhari, dll.
                Dari berbagai segi Islam dapat ditinjau, mulai dari sosial, budaya, sains dll. Ini menunjukan bahwa Islam semakin maju. Seperti adanya roh yang berada di dalam jiwa manusia, dengan sendirinya manusia mengalami kemajuan. Dan semua itu adalah dari tuhan. Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام
“ agama di sisi Allah adalah Islam”
(Q.S Ali Imran 19)
Islam mempunyai visi yang sangat jelas membawa perdamaian dan pembenahan terhadap kemajuan manusia. Dari segi sejarah, Islam datang untuk meluruskan manusia dari perbuatan sesat. Dan Islam mengantarkan manusia pada jalan yang lurus serta kebahagiaan dan diridlai oleh tuhan ( Al-Hajj 23).
H.A.R Ghibb mengatakan, Islam bukan semata-mata ajaran keyakinan saja, melainkan ajaran yang multi dimensional. Sejarah mencatat bahwa kedatangan Islam di dunia ketika dunia tidak lagi seperti kehidupan, tetapi ketika dunia sedang rusak, kerusuhan di mana-mana, seperti tidak adanya kehidupan. Maka dari itu H.A.R Ghibb menyimpulkan bahwa Islam tidak  hanya sebagai keyakinan saja, melainkan sebagai  sistem hidup manusia. .

Post a Comment

 
Top