Tawakal Mendorong Bekerja
Oleh:
Khoirul Anwar Afa
Diakui atau tidak, semua manusia
pasti menginginkan pergerakan, meskipun itu hanya pergerakan yang kecil.
Bayangkan! Ketika manusia berada dalam tempat kecil yang hanya seukuran
manusia. Meskipun tempat itu dilengkapi dengan perhiasan yang indah, pasti
manusia masih menginginkan gerak yang lebih luas. Maka tidak heran apabila
manusia selalu menginginkan hal yang lebih dari apa yang telah dimiliki.
Itu menandakan bahwa gerak
manusia merupakan tabiat yang dimiliki sejak lahir. Jika hal itu yang terjadi,
manusia adalah makhluk gerak. Manusia cenderung manciptakan hal yang baru. Dan
jika boleh diakui lagi, manusia cenderung ingin mengetahui hal-hal yang masih
samar. Kemudian setelah berhasil mendapatkan apa yang telah dia inginkan,
dengan mudahnya manusia melupakan. Secara otomatis, virus lupa akan datang.
Sebenarnya manusia tidak lupa
akan kewajibannya untuk bergerak, karena hakikat manusia sebagai pengganti di
muka bumi ini, (QS. {2}:30). Tetapi, pergerakan itu hanya dipersempit saja.
Dalam hal lain tidak memikirkan hal yang lebih luas dan bermanfaat bagi banyak
pihak terutama diri sendiri. Sebagai manusia yang menyadari bahwa dirinya
adalah makhluk gerak, dia akan memikirkan apa yang seharusnya dapat digerakakkan.
Namun, terkadang itu hanyalah wacana saja. Sedikit yang dapat mewujudkanya secara nyata.
Setiap manusia pasti mempunyai
angan. Jika ada manusia yang tidak memiliki angan, maka perlu dipertanyakan
status kemanusiaanya itu. Semua yang diberikan pada manusia mempunyai daya guna
tersendiri. Dan hal itu merupakan keistimewaan yang tidak pernah dimiliki oleh
makhluk lain.
Manusia mampu mencerna sesuatu
yang masih belum nyata. Manusia dapat merasakan sesuatu tanpa melihat dari apa
yang dirasa. Manusia mempunyai pikiran yang tajam terhadap hal yang sedang
menimpanya. Apabila ada hal yang memaksa manusia untuk berpikir, terkadang
manusia akan memaksakan dirinya untuk berpikir. Hasilnya, sungguh tidak
terduga, apa yang tidak pernah manusia sangka, begitu muncul dengan sendirinya.
Sebenarnya, manusia hanya
berusaha saja, untuk menjemput keajaiban itu. karena, keajaiban seperti itu ada
yang menanggungnya. Dia sangat dapat dipercaya. Perhatikan nasihat Hasan Basri
berikut ini:
“Sebagai hamba yang tawakal, seseorang harus
mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya Zat yang dapat dipercayai”
Tidak ada kunci lain untuk
mendapatkan keajaiban dari usaha kita. Bayangkan saja ketika kita hendak
shalat. Kebetulan pas waktu itu di televisi ada acara pertandingan sepak bola
Piala UERO, maka jika kita melakukan munajat pada Allah, pasti terganggu dengan
acara pribadi yang seperti itu. Maka harus ada pengorbanan apabila menginginkan
kebaikan dari Allah dengan tidak menonton pertandingan sepak bola itu.
Begitu juga perintah Allah yang diberikan
pada hamba-hambanya. Semua membutuhkan pengorbanan. Tidak ada kebaikan Allah
yang bisa didapatkan manusia tanpa adanya perjuangan. Maka perjuangan merupakan
kunci utama untuk mendapatkan pahala dari Allah. Kemuliaan di sisinya, hanya
dapat dimiliki oleh orang-orang yang mau melakukan perintahnya dan menjauhi
larangannya, (QS [65]: 2-3)
Tawakal tidak hanya berserah diri
begitu saja. Tanpa adanya usaha dari diri sendiri. Karena, dengan tawakal
sesungguhnya mengadukan dirinya dengan disertai usaha yang maksimal.
Post a Comment