Hikmah Idealisme dalam Ayat Puasa
oleh: Khoirul Anwar Afa
“Siapa saja yang melakukan kebajikan dengan senang hati, maka dialah yang mendapatkan kebaikan. Dan jika kalian berpuasa, maka itulah yang terbaik bagi kalian, jika kalian mengetahuinya”, (QS: 2 : 184). Dua hal idealisme dasar yang harus kita pahami dari pesan ayat tersebut. Pertama adalah melakukan segala hal baik dengan senang hati. Semua perbuatan harus didasari dengan niat yang baik dan ketulusan. Karena, hakikat kebahagiaan hati bukanlah melakukan yang terbaik hanya karena ingin dapat sanjungan dan apresiasi dari orang lain. Apabila itu yang dilakukan, selalu ingin mendapatkan sanjungan dan penghargaan. Maka, yang terjadi bukanlah hakikat bahagia. Melainkan modifikasi untuk bahagia.
                Bayangkan saja! Jika kita ikut kompetisi hanya ingin mengidamkan hadiah dan juara. Ternyata, hal itu tidak juga kita meraihnya? Apa yang terjadi? Mungkin batu akan terasa empuk untuk kita makan. Dan bandingkan, apabila semua itu kita lakukan karena menginginkan pelajaran yang berharga, maka tidak akan mudah terjadi yang namanya frustasi atau gila sementara. Justru yang ada agar diri kita lebih kompeten dan berubah menjadi baja yang siap tahan banting.
                Karena, kebaikan yang memuaskan bukanlah semata-mata datang sebagai cindera mata. Tetapi, harus datang sebagai permata yang selalu berkerlip di depan mata. Meskipun demikian, kita tidak menafikan untuk tetap berobsesi pada kebaikan. Orang yang selalu memburu kebaikan, itulah yang diharapkan. Karena semua yang dipresentasikan Allah untuk kita adalah hikmah-Nya. Dan siapa saja yang berminat masih terbuka lebar.
                 Kedua adalah memahami. Hal itu merukan kunci penting ketika hendak  membuka dan melangkah menuju tujuan. Tanpa adanya pemahan yang valid dan obyektif, maka semua orang akan mendapati kebohongan. Karena, semua yang mereka hadapi adalah penipu. Bagaimana mungkin, manusia tidak luput dari penipuan. Apalagi alam yang rupawan seperti ini juga manipu, maka yang lainpun terlibat penipuan.
                Dalam konsep pemahaman ini, manusia selalu disarankan agar menjadikan semua obyek adalah proyek baginya. Agar manusia lebih leluasa dan pertimbangan lebih dewasa ketika hendak melakukan itu.


Post a Comment

 
Top