Al-Qurán adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan kalamullah. Dan, yang mengetahui makna, maksud dan tujuannya adalah yang memilikinya. Jadi, Allahlah yang mengetahui apa yang terkandung dan kebenaran yang hakiki dalam Al-Quran. Kita sebagai umat Islam yang harus mengetahui makna dari Al-Quran. Dan pada kesempatan ini kami sudah diberi kesmpatan untuk mengkaji tentang makna Al-Quran.
Dalam mengkaji Al-Qurán tentu banyak sekali kita temukan masalah-masalah yang kami kira perlu kajian yang sangat mendalam untuk kita pelajari seperti masalah Muhkam dan Mutasyabih, Nasikh Mansukh, ayat yang pertama dan terakhir turun. Yang mana kami sebagai pemakalah pada pembahasan kali ini kami akan mencoba sedikit menelaah dan mengkaji tentang pendapat-pendapat ulama mengenai pembahasan ini.
a)      Latar Belakang
Mengingat banyaknya masyarakat sekarang yang salah dalam memehami tentang ayat yang pertama dan terakhir. Mungkin dari kita sebagai mahasiswa sudah banyak yang mengetahui dari pembahasan kita hari ini tetapi tidak ada salahnya kalau kita menelaah ulang selain mengingat kembali pembahasan lama juga mungkin ada tambahan dari bapak dosen kita.
b)      Tujuan
                Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah asbab an-nuzul yang memebahas tentang ayat yang pertama dan terakhir diturunkan yangmana banyak sekali terdapat kontra dari pendapat ulama walaupun sama-sama kita ketahui bahwa penentuan ayat yang pertama dan terakhir ini merupakan ijtihad dari para ulama.

A.     Pendapat ulama tentang ayat yang pertama diturunkan
Ada beberapa masalah yang perlu juga kita bahas dalam kajian kita kali ini yaitu tentang ayat pertama diturunkan, dan hari pertama turunnya Al-Qurán. Pertama dalam pembahasan tentang ayat yang pertama kali diturunkan terdapat beberapa pendapat. Adapun pendapat yang paling shahih mengenai ayat yang pertama kali turun. Yaitu seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya dari hadis Aisyah sebagai berikut:

·         عن عائشة أم المؤمنين أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِىَء بِهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنَ اْلوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةِ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيًا إِلاَّ جاَءَتْ مِثْلُ فَلَقِ الصَّبَحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُوْ بِغَارٍ حِرَاءَ فَيَتَحَنَّثُ فِيْهِ - وَهُوَ اَلتَّعَبُّدُ - الَليَالِي ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيْجَةَ فَيَتَزَوّدَ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ اْلحَقُّ وَهُوَ فِي غَارٍ حِرَاءَ فَجَاءَهُ اْلمَلَكُ فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ ( مَا أَنَا بِقَارِىءٍ ) . قَالَ  : ( فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي اْلجُهْدُ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اِقْرَأْ قَلْتَ مَا أَناَ بِقَارِىٍء فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَّةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي اْلجُهْدُ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اِقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَناَ بِقَارِىٍء فَأَخَذَّنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ { اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَق . اِقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلَأكْرَمُ } ) .

Artinya: wahyu yang mula-mula terjadi pada Rasullulah saw adalah mimpinya yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi kecuali pada keadaan terang seperti di pagi hari. Kemudian beliau mulai senang menyepi. Beliau menyepi di gua hira’. Beliau bertahannus, yaitu beribadah di dalamnya beberapa malam sebelum kembali pada keluarga dan membawa bekal untuk (keperluan) itu. Kemudia beliau kembali pada Khadijah, lalu membawa bekal untuk keperluan yang sama, sampai dating kebenaran pada beliau, saat beliau dating ke gua Hira’. Lalu dating kepada beliau malaikat (Jibril), seraya berkata: Bacalah! Saya (Nabi Muhammad saw) menjawab: aku tak dapat membaca. Lalu ia memgang dan merangkulku, sampai menimbulkan kepayahan pada diriku, kemudian melepaskanku. Lalu ia berkata, Bacalah. Aku menjawab: aku tak dapat membaca. Lalu dia memegangku dan merangkulku untuk yang kedua kalinya. Sampai menimbulkan kepayahan pada diriku, kemudian melepaskanku. Lalu ia berkata lagi: bacalah. Aku menjawab: aku tak dapat membaca. Lalu ia memegangku dan merangkulku yang ketiga kalinya, kemudian melepaskanku. Lalu berkata: “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakanmu, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah. “(Al-Alaq 1-3).[1]

Dalam kutipan hadis di atas bisa kita ketahui bahwa ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah ayat 1-3 dari surat Al-Alaq. Tetapi ada riwayat lain yang mengatakan 1-5.[2]

·      Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah ayat, “Ya ayyuhal muddatstsir”(Hai orang yang berselimut). Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan muslim dari Abu Salamah bin Abdirrahman bin ‘Auf. Hadits ini dapat dijelaskan bahwa pertanyaan itu mengenai surah yang diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bawa surah Al-Mudatstsir-lah yang turun secara penuh sebelum surah al-Alaq. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Imam bukhari sebagi berikut:
بينا أنا أمشي إذ سمعت صوتا من السماء فرفعت بصري فإذا الملك الذي جاءني بحراء جالس على كرسي بين السماء والأرض فرعبت منه فرجعت فقلت زملوني زملوني فأنزل الله تعالى { يا أيها المدثر . قم فأنذر - إلى قوله - والرجز فاهجر } فحمي الوحي وتتابع )
Artinya: Ketika Aku (Muhammad) berjalan, aku mendengar seruan dari langit, kemudian aku mengangkat pandanganku ke atas, lalu aku melihat malaikat(Jibril) mendatangiku duduk di ‘Arsy antara langit dan bumi. Kemudian aku merasakan gemetar ketakutan. Lalu aku mendatangi Khadijah. Dan aku minta untuk ditemani. Lalu Allah menurunkan ayat (“Hai orang yang berselimut, berdirilah lalu berikan peringatan.”[Al-Muddatstsir 1-2] kemudian turunlah banyak wahyu.[3]
Jelas kita pahami, bahwa ayat tersebut diturunkan sesudah mengalami beberapa lama kekosongan wahyu. Setelah turunnya wahyu yang pertama kali dari surat Al-Alaq ayat 1-5, pada waktu itu terjadilah kekosongan, sehingga pada saat nabi sudah siap menerima wahyu lagi, kemudian datanglah Jibril pada saat nabi berjalan menuju gua ‘Hira.
      Hal ini hanya pernyataan Jabir saja yang menyatakan bahwa surat yang pertama kali turun adalah surat Al-Muddatsir. Tapi, sebenarnya surat ini adalah pernyataan dari rasul yang menceritakan setelah terjadinya kekosongan wahyu. Dan Jabir hanya mendengarkan pernyataan rasul yang ini, dia tidak mendengarkan pernyataan rasul yang sebelumnya. Dan ini hanya ijtihad dari Jabir sendiri.[4]
·      Pendapat lain mengatakan bahwa ayat yang pertama kali turun adalah surat al-Fatihah. Mungkin yang dimaksudkan adalah surat yang pertama kali turun secara lengkap.
·      Ada juga yang berpendapat bahwa yang pertama kali turun adalah Bismillahirrahmanirrahim, karena basmalah ikut turun mendahului setiap surat. Dalil-dalil kedua pendapat di atas adalah hadits-hadits mursal, pendapat yang pertama yang didukung oleh hadits Aisyah itulah pendapat yang kuat dan mashur[5].

·       Mengenai hari turunnya Al-Quran yaitu pendapat yang mengatakan bahwa hari pertama turunnya Al-Qurán yaitu pada hari Senin, 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi SAW, bertepatan pada tanggal 6 agustus 610 M. Dasar pendapat ini sesuai dengan Q.s. Al-Anfal / 8:41:
bÎ) óOçGYä. NçGYtB#uä «!$$Î/ !$tBur $uZø9tRr& 4n?tã $tRÏö6tã tPöqtƒ Èb$s%öàÿø9$# tPöqtƒ s)tGø9$# Èb$yèôJyfø9$#
“jika kamu beriman kepada Allah dan dengan sesuatu yang telah kami turunkan kepada hamba kami pada hari Furqan, hari bertemu dua pasukan”.
Yang dimaksud “hari bertemunya dua pasukan” ialah hari bertemunya tentara Islam dan tentara Musyrikin Quraisy dalam perang Badar yang jatuh pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Sedangkan “hari Furqan” yaitu hari pertama kali al-Qurán diturunkan. Maksud kedua ayat ini menjelaskan dua peristiwa yang terjadi pada tanggal dan bulan yang sama, dalam tahun yang berbeda pendapat ini didukung oleh Zaid ibn Tsabit, Al-Thabari, dan Al-Qasthallani.[6]
c. pendapat ulama tentang ayat yang terakhir diturunkan
            Dalam pembahasan mengenai ayat yang terakhir diturunkan terdapat banyak sekali pendapat-pendapat ulama sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani dalam Al-Intishar pendapat-pendapat yang dikemukakan sama sekali tidak disandarkan kepada Nabi SAW. Boleh jadi pendapat ini diucapkan karena ijtihad dan dugaan saja. Mungkin masing-masing memberitahukan apa yang terakhir kali didengar dari Nabi, pada saat beliau wafat atau beberapa saat sebelum beliau sakit, sedang yang lain tidak mendengar langsung dari Nabi, mungkin juga ayat itu yang dibaca terakhir kali oleh Rasullulah bersama-sama ayat yang turun waktu itu, kemudian disuruh untuk dituliskan, lalu diduga ayat itulah yang terakhir diturunkan menurut tertib urutannya[7].
a.    Dikatakan bahwa ayat yang terakhir turun adalah ayat mengenai riba. Ini pendapat yang didasarkan pada hadits yang dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dari ibn Abbas, yang mengatakan ayat yang terakhir turun adalah ayat tentang riba maksudnya ialah ayat;
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#râsŒur $tB uÅ+t/ z`ÏB (##qt/Ìh9$# ÇËÐÑÈ  

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba.” (Al-Baqarah: 278)

b.    ada yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir kali turun adalah ayat tentang hutang, dasarnya adalah hadits yng diriwayatkan dari Said bin Al-Musayyib, “Telah sampai kepadanya bahwa ayat Al-Qurán yang paling muda di Arasy ialah mengenai hutang”. Yang dimaksudkan adalah ayat;

$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) LäêZtƒ#ys? AûøïyÎ/ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4 ÇËÑËÈ  
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berhutang untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menulisnya...”(Al-Baqarah 282)

Abu Ubaid di dalam al-fadha’il mentakhrij sebuah riwayat dari Ibnu Syihab, katanya :
“(Bagian al-Quran yang terakhir diturunkan yang merupakan ketentuan di Arasy adalah ayat tentang riba dan ayat tentang hutang piutang”.
Kedua riwayat itu bisa dikompromikan dengan apa yang dikemukankan oleh As-Suyuti , bahwa tampaknya kedua ayat tersebut turun dalam waktu yang sama, sebagaiman urutan yang kita lihat dalam mushaf.[8]
c.     Ada lagi yang berpendapat bahwa ayat yang terakhir turun adalah ayat tentang masalah kalalah. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib, Katanya yang terakhir turun adalah ayat dalam surah An-Nisa: 176 ayat ini berhubung dengan masalah warisan.
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿムÎû Ï's#»n=s3ø9$# 4 ÇÊÐÏÈ  
mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah
d.    Pendapat lain mengatakan bahwa ayat Yang terakhir turun adalah surah At-Taubah: 128 sampai akhir surat, mungkin maksud pendapat ini adalah ayat terakhir yang diturunkan dari surah At-Taubah.
e.    Ada juga yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir turun yaitu surah Ali-Imran ayat 195;
z>$yftFó$$sù öNßgs9 öNßgš/u ÎoTr& Iw ßìÅÊé& Ÿ@uHxå 9@ÏJ»tã Nä3YÏiB `ÏiB @x.sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& ( Nä3àÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ ( ÇÊÒÎÈ  
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain”.
                Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan  Ibnu Mardawaih melalui Mujahid, dari Ummu Salamah.
f.     Ada yang berpendapat bahwa ayat yang terakhir turun adalah surah An-Nisa ayat 93;
g.    Ada lagi yang berpendapat bahwa ayat yang terakhir turun adalah surah Al-Maidah
ô4 tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ 4ÇÌÈ  
“pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu”.
            pendapat ini dianggap tidak benar oleh imam syayuti beliau menjawab bahwa Allah telah menyempurnakan ajaran Islam dengan penjelasan berbagai kewajiban dan hukum atau ketetapan, penjelasan tentang halal dan haram. Segala hal yang dibutuhkan oleh ummat telah dijelaskan oleh Allah SWT juga telah diperinci tentang segala hukum-hukumnya sehingga mereka berada di atas landasan yang jelas,kesemua itu bukan menutup sama sekali kemungkinan masih turunnya ayat-ayat lain yang berhubungan dengan peringatan dan ancaman dari Allah SWT, dan yang berhubungan dengan peringatan kepada manusia akan adanya gejolak yang maha dahsyat dihadapan tuhan sebagai penegak hukum yang Maha Bijaksana pada hari tersebut, yaitu suatu hari dimana harta dan anak cucu tidak lagi ada mamfaatnya kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang tulus, berdasarkan uraian di atas sekelompok ulama telah menegaskan bahwa As-Sayuti sendiri mengatakan bahwa tidak ada lagi ayat yang turun setelah suran Al-Maidah ini tentang halal dan haram.
h.    Pendapat terakhir mengenai ayat yang terakhir kali turun adalah ayat yang terdapat dalam surah Al-baqarah ayat 281,
(#qà)¨?$#ur $YBöqtƒ šcqãèy_öè? ÏmŠÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡Ÿ2 öNèdur Ÿw tbqãKn=ôàムÇËÑÊÈ    
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.
                                                           
            Pendapat ini adalah pendapat yang benar dan kuat menurut hasil seleksi para ulama tokoh As-Syayuti. Pendapat ini dikutip dari seorang tokoh umat, yaitu Abdullah bin Abbas yang diriwayatkan oleh Nasaí dari Ikrimah dari Ibnu abbas bahwasanya ia berkata ayat terakhir turun adalah;
      Setelah turunnya ayat Nabi hanya hidup selama sembilan hariyang kemudian beliau wafat pada malam senin 13 Robiul Aw-wal, maka setelah itu terputuslah wahyu, sekaligus akhir hubungan antara langit dan bumi, setelah turun penutup atau ayat terakhir ini Nabi SAW pindah kepangkuan yang Maha Kuasa (wafat) setelah beliau menyampaikan amanat dan risalahnya serta menunjukkan menusia kepada ajaran Allah[9].












[1]  Al-Imam Al-bukhari, Shahih Bukhari, juz1, hal 4 , Shamelaa 3.
[2] Syekh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi Ulumil Quran,(Pamulang: Gaya Media      Pratama, September 2002 cet 1 hal 93.
[3] Al-Imam Al-Bukhari, Shahih Bukhari juz 1 hal 5, Shamelaa 3.
[4] Syekh Muhammad Abdul Adzim Al-zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ulumil Quran(Pamulang: Gaya Media Pratama, September 2002 ) cet 1 hal95.
[5]Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qurán, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) cet 1 hal 81
[6] Quraish shihab, Ahmad Sukardja, Badri yatim, Dede Rosyada, Nasaruddin Umar, Sejarah dan Ulumul Al-Qurán, (Jakarta: Pustaka Firdaus, Oktober, 2008.) cet 4 hal 61
[7] Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qurán,( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) cet 1 hal 87
[8] Syekh Muhammad Abdul Adzim Al-zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ulumil Quran(Pamulang: Gaya Media Pratama, September 2002 ) cet 1 hal99.
[9] Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Ilmu al-Qurán (At-Tibyan), (Bandung, PT Alma’rif, Pendapat para ulama tentang ayat yang pertama kali turun1987) hal 29
 
Top