Cinta
27-09-2013
Kebahagiaan itu perlu berlandaskan perjuangan. Karena, kebahagian yang tidak diawali dengan perjuangan sama saja tidur selama hidupnya. Hal itu menamparku ketika ingin mengembangkan intelektualitas bersamaan dengan pola hidup yang tidak melajang lagi. Cinta yang sering diartikan sebagai nyawa dalam hidup, atau bunga dalam taman kini sedang ingin kumiliki seutuhnya. Aku menjadi pencinta terhadap orang yang aku cintai.
Selanjutnya hubungan percintaan akan lebih menyatu jika selalu ditemani dengan orang tercinta. Namun, terkait status hidup dan kondisi yang sedang memelukku membuat orang-orang meragukan kemampuanku untuk menjalani semua itu, sehingga jadilah penghalang sekaligus liku terjang yang memagari kenyamananku.
Sebelum aku sadari rasanya memang sakit. Melihat kanan kiri atas bawah selalu ada orang yang bermuka masam ketika aku ajak berbagi rasa dan menuai solusi terhadap hubungan ini. Sama artinya, orang-orang itu memasangkan duri di sepanjang jalan yang ingin aku berlintas. Rasanya manisnya minuman yang aku tuangkan telah bercampur dengan tuba atau butrowali orang Jawa menyebutnya.
Berjalannya waktu ruang gerakku semakin sempit, hubungan asmara yang aku jalani semakin terganggu bagaikan bus yang lajunya tak terkendali. Dalam hari-hariku dengannya hanya ada kewaspadaan beserta air mata akibat hujaman batu pada hati kita. Ternyata merancang kehidupan tidak semudah gambaran yang aku lukis. Meskipun dalam hari-hariku merasa kesulitan menjual pakaian, itu jauh lebih mudah daripada memperjuangkan asmara pada titiknya.
Rintangan demi rintangan selalu datang dengan ganas. Tetapi dibalik itu ada solusi yang bersembunyi. Masalah itu ternyata ada pintu dibaliknya. Jalan keluar itu tidak harus dengan satu pintu, begitu serapan firman Tuhan yang aku baca. Pada nyatanya juga demikian dalam menemukan noktah keberhasilan.
Kalau begitu bunga mekar tidak dari atas melainkan dari dasar. Begitu pula cinta harus dirajut dari bawah untuk mencapai cinta pada molekul paling atas. Agar molekul cinta terdapat muara yang memendam segala kenangan perjuangan saat menciptakannya. Setelah itu hanya menanti kesuburan dari siraman yang dibuai oleh jalinan.
Menurut hukum alam akibat kekeringan karena dilanda panas berkepanjangan. Demikian pula asmara akan kering jika dalam jalinan asmara yang ada hanya berpanas-panasan, tidak saling mengerti, tidak saling berbagi. Itulah yang aku konsepsikan sebagai siraman.