Polemik Keterlambatan Unas
Oleh : Khoirul Anwar Afa

Masalah keterlambatan unas (ujian nasional) tahun ini tidak hanya faktor kecerobohan dari percetakan. Pasalnya, sejak awal digelarnya tender kemudian tender yang ditawarkan oleh  Mendikbud itu dimenangkan oleh PT Ghalia Printing. Keputusan pemenang dinilai tidak rasional karena pada saat itu banyak perusahaan lain yang berani menawarkan harga lebih rendah dari pada harga yang dimenangkan oleh PT Ghalia.
            Oleh karena itu, wajar saja jika berakibat munculnya banyak tudingan yang tidak sedap dari berbagai kalangan terhadap pemerintah penyelenggara Unas. Dan, terus memburu apa motif di balik semua kejadian ini. Karena, problematika itu merupakan kejadian yang luar biasa dalam pelaksanaan unas. Ujian yang ditunggu-tunggu oleh para pelajar, kini harus tertunda. Dan mereka yang tertunda harus siap menerima kenyataan pahit ini.
            Dari 11 provinsi, diantaranya Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Sulawesi Barat, jumlah soal yang tertunda dari 11 provinsi itu sekitar 510.134 soal, semuanya meliputi SMA, SMK, dan peket C.
             Jumlah soal yang tidak terlalu besar itu, kini terbengkalai dengan berbagai alas an yang dikemukakan oleh pihak yang bersangkutan. Dari PT sendiri mengakui kalau keterlambatan menyelesaikan soal unas itu gara-gara pengiriman materinya telat, dll. Padahal, kalau mengingat pentingnya pelaksanaan Unas, seharusnya telah dipersiapkan lebih awal. Dan, sangat diterima dengan kesadaran ketika ada tudingan terlambat dalam pengiriman materi soal.
            Masalahnya, sangat muskil dicerna oleh akal pikiran jika dari Kemendikbud sendiri kekurangan fasilitas untuk menyelenggarakan Unas. Jika melihat hasil investigasi dari Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA), anggaran dana yang digunakan untuk Unas mencapai 87,6 miliar, meskipun dana yang dihabiskan Mendikbud sebanyak 95 miliar.
            Jika dana itu dialokasikan untuk memfasilitasi semua penyelenggara Unas, tidak akan ada yang kurang. Apalagi hanya untuk membayar panitia pembuatan soal ujian, sangat jauh untuk kurang. Sebabnya, yang menjadi pertanyaan besar kenapa sampai ada alasan dari PT Ghalia yang mangatakan bahwa penyebab keterlambatan karena pengiriman materi soal terlambat? Secara mendasar ada alasan yang tidak sinkon antara Mendikbud dan PT Ghalia Printing, dan perlu diselesaikan agar tidak adanya salah tuding antara keduanya.
            Kemudian, para penyelenggara pendidikan hanya mengambil mentah dan menelaah hal itu sebagai bentuk kecorobohan yang perlu dipelajari kembali. Jika itu ada unsur kongklikong dengan pemenang tender sejak awal, maka kepala Mendikbud harus segera dicopot. Namun, jika tidak ada terbukti demikian, masyarakat harus memaklumi kejadiaan luar biasa ini, dengan dalih hanya karena kesalahan teknis. Jangan sampai hanya mengenyah mentah-mentah kejadiaan ini sehingga mudah terkoyak karena dibubuhi informasi politis.
             
Informasi Politis

Tidak rahasia lagi dalam lika-liku politik yang cenderung mengintervensi lawan secara pragmatis kemudian melebarkan sayap permasalahan sehingga menjadi wacana yang melukai citra baik lawan. Dan,saat ini, sepertinya Kemendikbud sedang terancam oleh teka-teki buruk demikian, dengan dalih keterlambatan soal Unas untuk 11 provonsi tersebut.
            Isu ini dengan mudah menjadi sebuah polemik yang memberikan banyak potensi untuk dikembangkan oleh lawan. Dengan lantangnya ingin menyeret Kepala Mendikbud turun dari jabatan dengan pelbagai tudingan. Hal itu tidak aneh lagi bagi mereka yang ikut berkecimpung dalam ranah politik. Anehya, yang menjadi bahan bakar adalah rakyat untuk ikut serta membakar ketentraman kementerian.
Jadi, meskipun Kejadian Luar Biasa (KLB) Unas 2013 menuai banyak kecaman dari masyarakat pelaku pendidikan, bahkan tidak sedikit yang mendesak Mendikbud Mohammad Nuh legawa mundur sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan. Tetapi,  perlu diingat bahwa perlu lagi menelaah lebih jauh apa penyebab sebenarnya keterlambatan tersebut.
,Jika melihat fakta, jauh sebelum kejadian ini kepala mendikbiud telah berupaya mengumumkan pengunduran jadwal unas di 11 provinsi pada hari Minggu (14/4). Dan, Nuh juga  mengatakan kasus unas 2013 memang disebabkan urusan teknis di PT Ghalia Indonesia Printing. Jikapun, sudah seharusnya kepala mendikbud mengatakan demikian, setidaknya perlu diapresiasi karena berani tegas untuk masyarakat.
Setidaknya, janji dari Mendikbud sudah bisa dipegang. Dan, masyarakat pendidik hanya menunggu bukti dan menagih janji jika telat. Selayaknya, ketangkasan masyarakat pengelola pendidikan yang saat ini mengalami kemunduran unas harus lebih melek lagi sebelum memberikan tudingan pada Mendikbud. Mengingat Unas merupakan bekal bagi generasi terdidik dalam Bumiputera ini.
Dibanding para pejabat lain yang konyol, yang terkena kasus lalu hanya mengkoar-koarkan saja permasalahannya, bahkan hingga menjadi masalah yang tidak jelas, dan cenderung mencari dukungan dari berbagai suara dan pengacara, maka Nuh beserta panitia penanggung jawab unas, sudah patut mendapat apresiasi, dengan catatan agar janjinya tepat sasaran.
Hal ini mengindikasikan agar masyarakat tidak terlalu gampang diracuni dengan adanya berita-berita yang bersifat kecaman sporadis terhadap salah seorang pihak. Sebab, sebelum mengetahui secara tuntas sebaiknya rutin mengikuti perkembangan berita atau lebih cermat dalam menganalisa berita. Maka, kecerdasan masyarakat saat muncul hiruk pikuk seperti ini sangat dibutuhkan,supaya mampu menyaring berbagai masalah, lalu mengenyyahnya dengan patut.
Artinya, dengan adanya gesekan yang mudah membakar pemikiran para pesaing politik, sudah seharusnya masyarakat Negeri ini lebih pandai dan lebih cermat dalam membaca sebuah kasus. Jangan hanya terkecoh dan mencerna mentah-mentah dari berbagai infomasi yang kurang akurat. Sebaiknya, tugas masyarakat hanya menunggu janji yang diberikan oleh M. Nuh. Kalau memang nyata tidak menepati janjinya, masyarakat sangat berhak untuk menggeser Nuh dari kursi kehormatannya.

Penulis adalah Mahasiswa PTIQ Jakarta dan Pegiat di Al-Kitabah, Pamulang, Tangsel.


Nama : Khoirul Anwar Afa
Ttl      : Pati, Jawa Tengah , 28 desember 1990.
Riwayat Pendidikan : MI-Mts di Mambaul Ulum Grogolan 02, MA di Manahijul Huda, LPBA (lembaga pengembangan bahasa arab) Kajen Pati dan menghafal Alquran di rumah tahfiz Al-Asroriyah Pati, sekarang di PTIQ Jakarta, Fakultas Ushuludin Tafsir Hadis.
Jabatan : Ketua IKAMADA Jakarta, peneliti di pesantren kreatif Al-Kitabah Jakarta, dewan jurnal redaksi BEM PTIQ Jakarta tahun 2012-2013.

No Rek : MUHAMMAD KHOIRUL ANWAR
                0428-01-007322-53-0
Bank BRI Cabang Cinere
HP ; 085 742 014 291


 
Top