Tafsir
Ar-Raad ayat 38
Muhammad Bukan Malaikat
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً
وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآَيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ لِكُلِّ
أَجَلٍ كِتَابٌ (38) يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ
وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ
أُمُّ الْكِتَابِ (39)
“Dan
telah Aku (Allah) utus beberapa rasul sebelum kamu (Muhammad), dan Aku jadikan
mereka beristri dan memiliki anak serta keturunan. Dan tidak seorang rasul pun
dapat mendatangkan tanda keajaiban kecuali atas izin Allah. Dan di setiap
perkara sudah ada ketentuan.”
Dilihat
dari konteksnya, ayat ini menanggapi beberapa hujatan para pembangkang nabi.
Mereka menuduh bahwa yang disebut seorang utusan Allah itu bukan berasal dari
kalangan mereka, manusia. Tetapi, utusan Allah itu haruslah berasal dari
malaikat atau sejenis makhluk lain yang suci. Sebagaimana diceritakan al-Quran
dalam QS Al-Furqan: 7, Al-Hijr: 7, dan Al-An ‘am: 8.
Menurut Arrazi dalam tafsirnya Mafaatihul
Ghaib, menegaskan jika ayat ini justru meneguhkan nabi Muhammad bahwa
rasul-rasul sebelumnya juga berasal dari golongan manusia, bukan golongan jin
dan malaikat. Serta memberikan gambaran jika mereka pun sama juga beranak dan
beristri. Maka untuk gugatan dari para pembangkang yang meminta didatangkan
keajaiban, al-Quran menegaskan bahwa itu semua berasal dari Allah, dan Muhammad
hanyalah manusia biasa layaknya umat.
Muhammad juga diperintah oleh Allah
dalam surat Al-Khaf ayat 110, “Aku tidak lain hanyalah seorang manusia seperti
kalian, hanya saja aku diberi wahyu..”. Jadi dari beberapa argumen yang
dibangun oleh al-Quran semakin menguatkan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia
biasa, hanya saja sama dalam fisik, kebutuhan hidup (makan, minum, tidur, dll),
dan naluri (menikah, beranak, dll).
Tetapi, tidak sama dalam konteks
sifat dan keagungan Muhammad. Karena beliau mendapatkan bimbingan langsung dari
Allah. Argumen ini dapat dilihat dalam QS Attaubah 129. Dan, untuk gelar dari
keagungan Muhammad Allah menegaskan dalam QS al-Qalam ayat4, “Sesungguhnya
engkau Muhammad di atas akhlak yang mulia.” Wallahu alam.