Cinta Dengan ImanBerdasarkan
cinta, keimanan dan kepercayaan seseorang akan bisa bertambah dan mengarahkan dirinya pada
kesejatian. Sehingga dapat membentuk hati menjadi lebih yakin dengan apa yang
dilakukan. Karena, cinta sebagai pondasi kokoh terhadap keimanan. Cinta di atas Iman. Yaitu
memanifestasikan cinta kepada Allah dan rasulNya. Perhatikan pesan Sang Nabi
berikut ini:
“Tidak dikatakan beriman
seseorang di antara kalian hingga Allah dan Rasul-Nya yang lebih dicintainya
melebihi keluarganya, hartanya dan seluruh manusia”
(HR Al-Bukhari)
Tidak
sedikit cinta yang buta, tapi banyak juga cinta yang bisa membangun manusia
ke-arah yang lebih cerah dan bijaksana. Cinta tidak semata-mata kita berikan
pada seorang saja, atau
materi yang kita punya. Karena itu semua merupakan cobaan bagi kita untuk
mengetahui seberapa besar cinta kita terhadap apa yang dianugerahkan Allah
kepada kita. Dan pusat cinta hanyalah kepada Allah dan utusanNya.
Saya punya teman, sebut saja namanya
Dedi. Dia anak dari luar Jawa yang kebetulan kita dipertemukan di Jakarta.
Suatu saat dia bercerita tentang perjuangannya ingin melanjutkan mencari ilmu.
Sebelum dia pergi ke Jakarta, dia minta izin kepada kedua orangtuanya. Tapi, orangtuanya tidak memberikan izin kepadanya.
Akhirnya teman saya tetap pergi dengan
niat karena Allah. Dan dia tidak bermaksud mendurhakai orangtuanya. Niatnya hanya
satu, mencari ilmu. Akhirnya setelah lama berjuang sungguh-sungguh mencari ilmu
di salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta, dia mendapat banyak penghargaan dari
perguruan tinggi itu. Karena, prestasinya sebagai
juara. Tidak lama
berita itu sampai pada orangtuanya. Dan orangtuanya senang dengan prestasi itu,
dan sadar dengan kekeliruannya.
Dedi telah membuktikan cintanya pada
ilmu, yang merupakan manifestasi cinta pada Allah. Ia lebih memilih cinta pada
Allah. Karena, cinta pada Allah itu kekal. Cinta yang paling utama dan berharga
adalah cinta pada Allah dan rasulNya. Tidak pada siapa-siapa. Bukan berarti
semua kita tinggalkan, tetap kita mencintai yang lain. Tetapi, yang sepenuhnya
hanyalah pada Allah. Semua hanya fana dan nista, kecuali cinta pada Allah.
Terlalu cinta pada harta bisa
membawa kita ke arah yang gelap. Terlalu cinta pada anak atau apa yang kita
miliki, seringkali tidak bisa kita andalkan. Hanya cinta pada Allah lah yang
selamanya kekal dan berharga.
Mari kita letakkan cinta sejati kita
pada Allah dan rasulNya. Karena, hanya pada Allah semua yang kita miliki akan
kembali. Tidak seorang pun yang dapat membalas cinta lebih hebat, kecuali
Allah.
Pertama kali yang lebih utama
dicintai adalah orang tua, setelah mencintai Allah dan rasulNya. Orangtua lah
yang lebih patut dicintai sebelum mencintai orang lain. Orangtua yang
menaruhkan nyawa ketika hendak melahirkan kita.
Peran orangtua sangat penting bagi
anak. Tak heran bila Nabi memberikan urutan rumusan cinta yang baik seperti
demikian.
Inti dari pesan di atas tidak hanya
menaruh urutan cinta. Tetapi, memberikan urutan keutamaan pada siapa seharusnya
cinta sejati itu diberikan.
Menyayangi anak adalah bagian dari
cinta yang sejati. Dan yang ketiga adalah menyayangi sesama. Konsep itu merupakan
satuan yang sangat berpengaruh pada hal yang baik. Seseorang akan mendapatkan
hal yang lebih baik apabila mampu menyanyangi semuanya. Itulah konsep yang
ditawarkan Nabi kepada manusia.
-
Percayailah orang yang Anda
cintai dengan sepenuh hati. Karena, jika semua didasari dengan kepercayaan akan
terasa lebih nyaman.
-
Hargailah
orang yang mencintai Anda. Sesungguhnya cinta yang tulus akan memberikan
ketenangan bagi Anda.
-
Jangan
mengukur orang yang mencintai Anda. Karena, sekecil apapun dia, selama punya
cinta yang tulus, akan mampu membangunkan Anda dari keterpurukan.
-
Ketahuilah!
Bahwa cinta itu bisa membuat Anda lebih bijak dan bisa membuat Anda seperti
anak kecil.