Tidak Sekadar
Mahasiswa
Sebagai mahasiswa PTIQ tidak hanya aktif diperkuliahan
dengan mengkaji khazanah akademisi saja. Namun, kegiatan yang menjadi ciri khas
di PTIQ tidak lain adalah menghafal al-Quran. Meskipun tidak semua diwajibkan
menghafal 30 juz atau dalam istilah “tahfiz penuh”. Selain itu ada opsi lain
yang diberikan oleh pihak kampus, yaitu “tahfiz terbatas”. Berarti hanya wajib
menhafal beberapa surat saja dalam al-Quran.
Program limited
(Tahfiz terbatas) tersebut sebenarnya diberikan pada siswa yang lebih jenius
dalam akademisi. Supaya lebih mudah memperdalam khazanahnya. Karena, menghafal
tidak hanya membutuhkan ketekunan dan keuletan. Tetapi juga membutuhkan kemauan
untuk beristikamah dalam menjaga eksistensinya hafalan.
Hal
tersebut tidak sulit kita temukan di kampus yang mahasiswanya sangat beragam
minat dan pemikiran. Meskipun acuan utama kampus yang memiliki latar belakang al-Qur’an
ini hanyalah ingin menciptakan generasi-generasi bangsa yang hafal al-Qur’an.
Tetapi, dengan berkembangnya zaman, wacana seperti itu kian bergeser, kemudian
memberikan program tambahan untuk mahasiswa yang tidak berminat ikut di tahfiz
penuh.
Tetapi,
PTIQ masih berjalan sesuai khittahnya. Semua siswa yang memasuki program apa
saja, baik penuh maupun terbatas, semuanya harus mengennyah pendidikan yang
berbasis al-Qur’an. Selain sibuk menghafal, tetapi juga jiwa akademisnya tidak
mau kalah dengan kampus-kampus lain yang tidak mengedepankan hafalan.
Diakui atau
tidak, memang menghafal bukanlah aktifitas yang mudah seperti membaca beberapa
buku dalam sebulan. Untuk meraih SQ (Sarjana Quran) di PTIQ harus mengujikan
hafalannya setiap minggu kepada instruktur yang telah ditugaskan oleh dewan
tahfiz. Dan target yang diwajibkan setiap minggu setengah juz, atau 10 halaman
kalau pakai qur’an pojok.
Hal itu
yang menuntut mahasiswa harus bekerja lebih ektra untuk meraih setengah juz.
Belum lagi memikirkan tugas kuliah yang menumpuk. Belum lagi harus berhadapan
dengan instruktur yang idealis, yang tidak mau menerima setoran hafalan jika
membacanya kurang lancar.
Artinya,
tidak ada kelengahan yang meluangkan untuk dinikmati mahasiswa PTIQ. Untuk
mengejar khazanah dan hafalannya, mereka bisa saja dinilai sangat baik dan
melakukan usaha yang super. Karena, perjuangan yang memiliki doble standard
(Nilai ganda) dari dua macam prespektif.
Pertama,
jika dibandingkan dengan pesantren yang hanya spesifik di hafalan, maka PTIQ
memiliki perjuangan yang lebih hebat dibanding mereka. Karena, sama-sama
menghabiskan waktu kurang lebih empat tahun untuk menghatamkan al-quran.
Ke-dua,
jika disejajarkan dengan perguruan lain yang hanya mengacu khazanah akademisi
saja, maka sudah terlihat kalau PTIQ yang mempunyai keunggulan. Memiliki
mahasiswa yang akademikus dan sekaligus hafal al-Quran. Jadi, mahasiswa PTIQ
tidak hanya sekedar mahasiswa dan santri. Artinya memiliki multi profesi, yaitu
layak menjadi mahasiswa dan santri.
Post a Comment