Untuk Mengkaji PTIQ ke depan, BEM Gelar Mubes!
Oleh : Anwar Afa
Musyawarah Besar (Mubes) PTIQ diselenggarakan oleh Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang dilaksanakan pada tanggal 27 November di Ruang
Tarbiyah. Acara ini diikuti oleh beberapa anggota yang masuk dalam daftar
undangan. Di antaranya dalam lingkup mahasiswa yang melibatkan ORDA di PTIQ,
Kosma, dan anggota BEM sendiri. Serta anggota Civitas Akademika, Dosen, Biro,
Dekan , Purek, dan rektor.
“Acara ini
diharapkan sebagai sarana diskusi untuk membahas kampus yang berlatar belakang
Al-Quran ini ke depan. Maka dari itu, kehadiran semua pihak yang sudah masuk
dalam daftar undangan kami, diharapkan bisa hadir semua.” Sambutan ketua BEM
ketika membuka acara Mubes.
Setelah
penantian panjang menunggu kehadiran pihak-pihak yang memiliki peran penting
dalam kampus, akhirnya harapan dari ketua BEM itu tidak terkabulkan. Mayoritas
para undangan yang memiliki peran penting dalam perkampusan tidak kunjung
hadir. Dan diantara mereka banyak yang tidak memberikan kabar mengenai alasan
ketidak hadirannya dalam forum. Padahal, semua anggota Mubes, khususnya
mahasiswa telah bersisi keras untuk
menyampaikan aspirasi yang selama ini terbendung dalam benak mereka.
Dengan
menerima suasana, acara itu pun dimulai. Meskipun, hanya empat dari pihak
perkampusan yang hadir, yaitu Purek II, Purek III, Biro keuangan, dan Pak Hadi
Hidayatullah sebagai perwakilan Dosen.
Seiring
berjalannya acara Mubes, dari Purek III, Dr. Ali Nurdin menyarankan, agar semua
yang menjadi hasil dari Mubes nantinya direkomendasikan pada pihak-pihak yang
memiliki peran perkampusan. Karena, mengingat tidak hadirnya mereka. Beliau pun
mengaku tidak berani memberikan keputusan sepihak tanpa merekomendasikan pada
yang lain. Tetapi, beliau memberikan catatan penting agar semua yang menjadi
permasalah mahasiswa nantinya dikumpulkan sebagai catatan besar untuk
direkomendasikan dalam acara rapat bulanan kampus, yaitu di hari jumat pertama.
Mahasiswa
pun menyetujui opsi yang diusulkan oleh Purek III. Dan sebagai penawar rasa
kekecewaan mahasiswa, kemudian melaksanakan diskusi langsung dengan ke-empat
pihak kampus tersebut. Beberapa bahan yang sudah tercatat sebagai pengajuan pun
dibahas satu-persatu. Diataranya:
-Problematika dalam Institut.
Dalam pandangan mahasiswa sering kali mendapatkan pelayanan
yang lambat ketika mengurusi nilai IP. Serta menemukan sistem kerja anggota
administrasi yang kurang mahir dalam pendataan. Bagitu pula agar dengan mudah
dapat mengakses infomasi terkait perkampusan di dunia internet. Hal ini
disimpulkan oleh mahasiswa bahwa perlu adanya komputerisasi pada pihak-pihak
yang terkait. Karena mengingat komederenan yang belum tampak di kampus PTIQ.
Secara
langsung, gugatan mahasiswa terkait problem yang seperti itu pun direspon oleh Purek
III. Beliau mengatakan, bahwa hal itu sebenarnya sudah menjadi wacana pihak
kampus dan sampai sekarang sedang proses pembenahan. Sedangkan, terkait kurang
mahirnya pihak-pihak dalam komputerisasi, beliau menuding kalau hal itu tidak
benar. Menurut beliau, yang kurang adalah program IT-nya.
Kemudian
masalah keterlambatan nilai, itu disebabkan oleh para dosen pengampu yang
sering kali tidak segera menyerahkan nilai hasil ujian. Padahal segala sistim
sudah diupayakan sebagai pendorong untuk segera memberikan nilai hasil ujian
mahasiswa. Termasuk memberikan imbalan langsung kepada pihak yang bersangkutan.
Tetapi tidak juga berhasil. Melainkan hanya sedikit saja yang terdorong untuk
itu. Naifnya, yang sering kali tidak mengikuti aturan tersebut, mayoritas dosen
yang alumni PTIQ.
Kemudian
dilanjutkan dengan menggugat kabar bahwa kampus PTIQ memiliki cabang. Kabar
demikian baru saja dipelajari pada tahun ini, karena sering kali dari pihak
mahasiswa mendengar berita teman-teman alumni yang ketika masa wisudanya
menemukan banyak orang yang tidak dikenal. Padahal, mereka sama-sama menyandang
alamamater PTIQ.
Itupun
langsung mendapat jawaban dari Purek III dan Biro keuangan. Mereka menjelaskan
bahwa semua cabang PTIQ hanyalah untuk S2. Dengan dalih, karena kampus al-Quran
ini banyak yang menginginkan. Maka dari itu, kampus ini memang sengaja
dimekarkan agar dapat diakses dengan mudah oleh peminat yang jauh. Sanggah
mereka, meskipun demikian PTIQ cabang tetap mengikuti aturan yang diterapkan
dari pihak pusat (PTIQ Jakarta).
Selain itu, mahasiswa juga mempermasalahkan terkait pembayaran UTS yang tidak konsisten. Menurut mahasiswa, biaya UTS mudah naik, dan mudah turun sesuai dengan permintaan. Menurut mereka hal itu sangat tidak sesuai apalagi di kampus yang mahasiswanya menengah ke-bawah seperti di sini.
Selain itu, mahasiswa juga mempermasalahkan terkait pembayaran UTS yang tidak konsisten. Menurut mahasiswa, biaya UTS mudah naik, dan mudah turun sesuai dengan permintaan. Menurut mereka hal itu sangat tidak sesuai apalagi di kampus yang mahasiswanya menengah ke-bawah seperti di sini.
Menanggapi
hal itu, pihak perkampusan yang diwakili oleh biro keuangan memberikan
pengarahan serta menjelaskan terjadinya kasus seperti itu, bahwa sebenarnya
keuangan yang ditarik dari mahasiswa hanya menutup 30% saja dari segala biaya
operasional kampus. Dan, masalah pembiayaan yang sering tidak konsisten itu
karena terkait kondisional. Untuk itu, bapak purek juga menegaskan kalau
selanjutnya akan diusahakan untuk bebas dari biaya UTS.
Dari pihak
kampus juga memberikan transparansi pada mahasiswa mengenai biaya yang 70%
untuk operasional kampus. “Sisanya diambilkan dari pasca dan dari pemda Jakarta
mendapat 500 juta perbulan. Serta kerja sama dengan PGRA (cabang PTIQ) dan
kemenag. Kemudian untuk beasiswa, terkadang ada dari kemenag dan yayasan
Jakarta (YBJ), serta donator-donatur pribadi.” Tutur Biro Keuangan, H. Baiti.
Gagasan selanjutnya membahas Rusunawa
PTIQ yang sering kali mengalami kendala. Tetapi dalam forum, menurut Pak Hadi
Hidayatullah menyanggah agar tidak usah membahas permasalahan Rusunawa dalam
forum ini. Menurutnya, Rusunawa sudah ada yang mengurus dan memikirkan
sistem-sistem di dalamnya. Tetapi, mahasiswa masih saja mempelajari dalam-dalam
terkait Rusunawa. Terutama masalah pembayaran dan program-progarm untuk
menjadikan Rusunawa semakin produktif bagi mahasiswa khususnya mahasiswa baru.
Post a Comment