Kebudayaan sebagai simbolik yang menjadi warna khas suatu daerah. Seharusnya seluruh etnik yang memiliki beragam budaya lebih mengenakan kemurniannya dari produk budaya tersebut. Langkah yang perlu dikuatkan demi memelihara esensi kebudayaan, yaitu pembelaan terhadap budaya sendiri sangat penting sehingga tidak dengan mudah mengadopsi dari budaya-budaya lain yang lebih diterima dunia.
            Diakui atau tidak,  dewasa ini budaya-budaya lokal atau arkheis semakin terkikis karena kurang adanya pembelaan terhadap budaya sendiri, sehingga mudah mengalihkan perhatiaannya terhadap budaya lain. Menurut Taufik Raza bahwa terkikisnya budaya arkheis tersebut disebabkan oleh berbagai aspek. Sering kali, di Indonesia khususnya, budayawan atau seniman mengorbankan budaya sendiri hanya kepentingan pribadi, dengan istilah lain mengambil keuntungan semu.
            Maka dari itu, perlu menjadi bahan wacana serius menyoroti langkah budaya yang berkembang di tahun 2013 nanti, tegas Reza. Apalagi dengan hadirnya kurikulum 2013 nanti yang sangat menyita. Maka perlu diperhatikan kedepan, terkait budaya politik dan pilitik budaya, yang keduanya sangat bersenggolan, tegas Reza saat menjadi narasumber seminar kebudayaan di sanggar seni Puspo Budoyo Tangerang Selatan.
            Solusi yang ditawarkan agar para seniman lebih bijak nantinya dalam memposisikan diri sebagai seniman sejati, jangan mudah tergiur dengan iming-iming politik yang berkedok kabajikan, sehingga sebagai terbukti bahwa seniaman yang selama ini lebih dikenal sebagai orang sejati. Contoh, orang-orang Kompas yang sekarang berhasil melecit karena sistim jurnalistiknya dengan gaya khas Kompas yang sangat baru. Perjuangan untuk mendapatkan hasil yang sedemikian rupa sehingga dapat dinikmati banyak masyarakat, bisa dikatakan tidak tanggung-tanggung. Bahkan, naik turun gunung tidak meminta sepersenpun proposal dari birokrat atau pihak lain.

Uniknya Budaya Arkheis

Gagasan Taufik juga ditambah dengan pengalaman-pengalaman Dr. Mukhlis Paeni (Mantan Menteri Budaya dan pariwisata) yang menceritakan ketika masa awal masih gila dengan aktifitasnya sebagai pengkaji filologi (Meneliti Manuskrip-manuskrip zaman dulu). Dia mengaku selama 5 tahun telah gila dengan aktifitasnya tersebut. Penelitiannya tentang daerah Makasar membuatnya sangat berkobar untuk terus mengangkat kembali seni-seni yang dihasilkan orang-orang Makasar.
            Banyak naskah yang diakuinya sangat unik, dan bergaya sastra sangat indah. Bahkan, sampai sekarang belum ada yang melebihi keindahan sastra manuskrip itu. Salah satunya manuskrip yang menceritakan Isra’ Mi’raj Muhammad. Di sana di ceritakan, ketika Muhammad hendak menaiki kuda untuk naik ke langit, kuda itu bertanya pada malaikat, siapa orang ini? Kemudian malaikat menjawab, itu adalah Muhammad yang akan kau antarkan menuju langit. Kemudian kuda itu baru mau terbang membawa Muhammad, dan dengan semangat yang kuat kuda itu terbang. Karena sudah lama tidak terbang. Kemudian setelah sampai langit, dibukalah pintu-pintu langit oleh para malaikat, dan penjaganya adalah orang-orang Makasar.
            Dari penggalan yang beliau ceritakan, terlihat apresiasi Dr. Mukhlis terhadap pendahulu Makasar yang memiliki berbagai karya. Tetapi sayangnya karya-karya itu hanyut begitu saja. Setelah penumuannya selesai, manuskrip itu diserahkan oleh Negara dan sebagian diberikan Amerika, karena yang memberikan dana selama penelitiannya itu.
            Singkat cerita, dia pernah mengkonsepkan sehingga budaya Makasar dikenal oleh dunia dengan kekhasan Makasar, dengan gaya-gaya yang tidak lepas dari kedaerahan. Dan hasilnya pun sukses memuaskan, dapat diterima oleh dunia. Bahkan, Belanda ikut menyumbangkan sebagian sarana untuk merealisasikan wacana indah tersebut.
            Dia menegaskan, sebagai seniman harus memiliki icon penting sebagai nasional identic. Sebagaimana Bung Karno memperkenalkan kiprah kopyahnya di depan publik.             
  



 
Top