Peperangan Bani Mustaliq yang terjadi pada 2 Sya’ban tahun 5 H menyisakan pelajaran penting untuk struktur sosial. Perseteruan genting yang dimulai dengan haru biru ketidakjelasan. Abdullah bin Ubay bin Salul merupakan dalang dibalik semua kepedihan yang dirasakan oleh masyarakat Madinah pada waktu itu. Seorang tokoh pembesar Madinah itu direkam sejarah sebagai sosok penjilat yang berhati batu kepada kelompok Rasul.
            Dalam kitab Atlasul Quran yang ditulis oleh Syauqi Abu Khalil menjelaskan kronologi peperangan Bani Mustaliq. Disebutkan bahwa peristiwa itu diawali oleh seorang laki-laki yang telah bercekcok dengan Umar bin Khatab dan Jahjah bin Masud yang merupakan pemimpin suku Khazraj, hingga pada akhirnya Umar memukul laki-laki itu.
            Abdullah bin Ubay bin Salul mendengar kejadian tersebut, dan marah besar atas tindakan tersebut, dan berkata kepada penduduk Madinah begini, “Sumpah jika kita kembali ke Madinah, pasti kelompok yang kuat akan mengusir kelompok yang lemah.” Dan Rasul berusaha untuk meredakan fitnah-fitnah itu. Tetapi, Abdullah bin Ubay bin Salul masih tetap berusaha menyebarkan berita busuk tersebut untuk mempengaruhi penduduk Madinah agar menaruh kebencian kepada kaum Muhajirin, khususnya Rasul.
Namun anehnya, setelah berita tersebut terdengar sendiri oleh Zaid bin Arqam, dan diadukanlah berita itu kepada Rasul, Abdullah bin Ubay bin Salul justru bersumpah dengan berbalik muka serta menuduh balik bahwa Zaid bin Arqam lah yang sebenarnya berdusta.
            Tidak hanya itu, Abdullah bin Salul lebih dulu memprovokatori penduduk Madinah agar menaruh kebencian terhadap para pendatang, Muhajirin. Sampai hati dia mengatakan, “Janganlah kalian memberikan harta kalian kepada orang-orang yang bersama Rasul sebelum mereka kembali kepada kita (memusuhi Rasul).” Sebagaimana dalam QS 63:7.
               Meskipun demikian, Abdullah bin Ubay bin Salul tetap berlagak baik dan ramah di hadapan Rasul serta para sahabatnya. Bahkan suatu ketika berada di sebuah mejlis yang dihadiri Rasul, Abdullah bin Ubay serta para kelompoknya menyeru masyarakat Madinah agar menghadiri majlis Rasul. Namun, sebaik apapun perisai yang dimiliki orang hipokrit tidak membuat Rasul lengah dan tertipu oleh Abdullah bin Salul.

            Memang apa yang dikatakan oleh orang seperti itu selalu didengar banyak orang. Kata-katanya mudah memikat hati. Penampilannya bisa membuat orang menjadi simpati. Setiap saat menebar pesona. Pencitraan. Allah berfirman, “Apabila kamu melihat mereka, perisai-perisai mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu pasti mendengarkan perkataan mereka. Mereka ibarat kayu yang bersandar,” (QS 63:4). Rasul telah lebih dulu diperingatkan oleh Allah atas kehadiran yang berkarakter seperti tersebut. Wallahu alam.
 
Top