Kita harus membaca hikmah dari bencana alam. Terjadinya bencana boleh saja dikatakan akibat alam. Tetapi, hukum kehidupan bukan hanya bungkam dengan alasan yang sederhana itu. Semua orang beragama pasti mengimani bahwa seluruh semesta ini ada yang mengendalikan sehingga mampu berfungsi sesuai dengan kegunaan masing-masing.
Bencana banjir, erupsi gunung, gempa, akhir-akhir ini yang membuat tangis rakyat Indonesia. Mereka menderita karena harus kehilangan tempat layak, harta benda hanyut diterjang banjir, dan wabah penyakit merajelela di mana-mana. Meskipun demikian, masih saja ada sebagian perjabat negara dengan senang menari-nari di atas penderitaan rakyat seperti itu.
Kasus teranyar kali ini terkuaknya pelegalan importir beras,yang secara nilai ekonomis dapat mengeruk hasil triliunan rupiah. Pelaku kriminal tersebut tampak egois mementingkan keuntungan pribadi, tidak memperhatikan nasib rakyat yang sedang dilanda derita, melainkan justru semakin asyik dengan pundi-pundi rupiah yang mereka dapat.
Para koruptor tidak akan mandek dari aksinya selama belum tertangkap oleh penegak hukum seperti KPK. Namun, ketika sudah tertangkap, mereka sudah mengantongi banyak uang sehingga kerugian negara yang diakibatkan cukup besar. Koruptor memang bukan berwajah perompak, tetapi ulahnya lebih bejat dari perompak.
Maka hutan gundul karena ulah perompak sekarang kurang relevan jika hanya dikaitkan dengan terjadinya bencana di Indonesia. Penggundulan besar-besaran justru diakibatkan oleh koruptor. Dan juga, terjadinya sungai banjir akibat sampah yang mengapung karena penggalangan wadah sampah tidak kunjung usai karena dana penggalangan digerogoti oleh pejabat.
Oleh karena itu, sentakan dengan datangnya bencana di tanah air ini seharusnya menjadi pengingat agar saling mengoreksi diri, baik dari pejabat hingga rakyat. Semua harus mampu saling sinergi untuk menciptakan lingkungan asri lahir dan batin.
Hikmah Bencana
Hikmah Bencana