Menghafal
Al-Qur’an adalah keutamaan dari Allah SWT.
Sebenarnya
semua umat Muhammad berhak mendapatkan keutamaan itu. Al-Quran adalah kitab
suci bagi umat islam, dan merupakan wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Al-Qur’an turun untuk mendidik manusia agar menjadi benar, berada
pada jalan yang lurus dan mengeluarkan manusia dari kesesatan menuju keterangan. Fungsi lain Al-Qur’an ialah menjadi petunjuk bagi orang-orang
yang bertaqwa, dan bahkan bisa menjadi obat bagi yang membacanya.
Yuk Menghafal al-QuranYuk Menghafal al-Quran Al-Qur’an sendiri merupakan nikmat yang agung
bagi manusia. Allah akan memberikan rahmat dan keutamaannya pada manusia untuk
memahami Al-Qur’an. Allah berfirman.
وَلَقَدْ
يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
“Dan telah kami mudahkan Al-Quran sebagai
pelajaran, adakah yang mempelajarinya?” QS Al-Qamar 17.
Menjaga Al-qur’an adalah tugas kita sebagai
hamba Allah yang lebih mulia daripada hamba-hambanya yang lain. Manusia sebagai
makhluk tuhan yang paling perfect (sempurna) yang telah
dianugerahi akal sehat supaya dapat digunakan untuk berpikir dengan jernih
terhadap segala hal.
Begitu juga, ketika menghafal Al-Qur’an
sangat membutuhkan fungsi akal dan sistim kerja otak yang maksimal. Karena
dalam proses menghafal kurang mempunyai waktu luang untuk mengkosongkan
pikiran.
Dalam usaha menjaga wahyu Allah
tentunya tidak akan pernah berpikir kalau semua usaha keras kita itu akan rugi
dan sia-sia. Semua usaha kita akan
mendapatkan balasan yang seimbang dengan upaya kita. Allah menyiapkan hadiah
yang luar biasa bagi orang-orang yang ikut menghafal Al-Qur’an untuk menjaga
wahyu Allah.
Bukan hanya usaha yang semata-mata
menginginkan keringanan, rasa enak yang untuk meraih cita-cita mulia ini.
Seseorang yang berproses menghafal Al-Qur’an harus mempunyai prinsip dan
komitmen yang kuat. Karena hanya dengan sikap yang seperti itu, akan mudah
mencapai cita-cita.
Seperti halnya belajar ilmu-ilmu yang
lain, meraih sebuah keinginan harus melewati berbagai jalan yang berliku.
Begitu juga dalam menghafal Al-Qur’an yang lebih membutuhkan ketenangan. Hanya
dengan kesungguhan, keberanian dan tekat untuk menekuni bidang itu.
Konsepnya tetap sama, siapa yang
sungguh-sungguh maka akan mendapatkan, dan jalan akan terbuka untuknya.
Berjalan untuk memahami sesuatu pasti harus ada perjuangan. Orang yang sudah
berhasil menghafal Al-Qur’an, bukan karena dia pandai dan berbakat untuk
menjadi penghafal A-Qur’an.
Jangan
melihat ketika mereka (para penghafal Al-Qur’an) telah selesai dengan tertawa,
mereka bisa senyum bahagia ketika sudah berhasil menghafalnya. Tapi, lihatlah
ketika mereka masih dalam proses menghafalnya. Karena mereka sudah melewati
beberapa cobaan yang berliku.
Dalam
sebuah perjuangan yang besar mestinya tidak lepas dari godaan dan rintangan
yang selalu hadir tanpa kita undang. Sedikit demi sedikit berusaha mengumpulkan
hafalan untuk memperkuat hafalan. Tapi, terkadang ke-kacauan hadir tanpa disangka.
Hal
seperti itu hampir semua para huffadz (penghafal Al-Qur’an) mengalaminya. Hanya
dengan usaha mereka yang sungguh-sungguh untuk mengembalikan hafalanya yang
telah hilang.
Sekuat
mungkin para huffadz berusah menjaga hafalanya. Dengan berbagai cara mereka
memakainya, agar bisa menjaga ayat-ayat yang telah mereka hafal. Dalam keadaan
apapun pasti mereka sempatkan untuk membaca dari yang telah mereka hafal, meski
sedikit.